Quantcast
Channel: SWA.co.id – Berita bisnis terkini, Diaspora Indonesia, Business Champions, dilengkapi dengan strategi dan praktek bisnis, manajemen, pemasaran, entrepreneur, teknologi informasi, keuangan, investasi, GCG, CSR, profil dan gaya hidup eksekutif.
Viewing all 466 articles
Browse latest View live

Sinergi Pemda dan Pengusaha Ala Khairul Saleh

$
0
0

Peran pemerintah daerah dalam membangun insfrastruktur sangat penting. Kemajuan dan perkembangannya tidak akan lepas dari peran pemerintah daerah dengan pengusaha. Sinergi yang baik antara mereka bisa mendatangkan manfaat yang luas bagi kelangsungan kehidupan masyarakat setempat.

Guna memenuhi hal itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar yang lokasinya sangat strategis di wilayah Kalimantan Selatan, terutama untuk pusat – pusat pertumbuhan seperti kota Martapura, Gambut, Kertak Hanyar, Sungai Tabuk dibuat aksesbilititas yang tinggi terhadap sistem transportasi udara.

Seperti Bandara Syamsuddin Noor yang menopang aksesbilitas transportasi udara, jarak tempuh yang cukup dekat dengan Pelabuhan Trisakti dan pelabuhan samudera di tanah laut, serta terdapat terminal dan stasiun kereta api yang terintegrasi di kawasan gambut km 17. Dengan kondisi tersebut, Kabupaten Banjar sangat siap untuk memenuhi kebutuhan bisnis.

IMG_3281

Adalah Khairul Saleh, Bupati Kabupaten Banjar yang menjadi sosok di balik keberhasilan Kabupaten Banjar. Selama dua kali periode menjabat sebagai Bupati Kabupaten Banjar sejak tahun 2005, banyak prestasi dan penghargaan yang sudah diperoleh, di antaranya: Sindo Weekly Government Award 2015 sebagai kabupaten terbaik di bidang infrastruktur. Indonesia Attractiveness Index Award 2015 (Tempo dan Frontier) sebagai apresiasi kepada kepala daerah yang dinilai berhasil membangun dan mengembangkan daerahnya

“Untuk penyediaan listrik di Kabupaten Banjar direncanakan akan dilayani oleh PLTA Riam Kanan dan PLTu Asam – Asam serta 5 tahun kedepan akan dilakukan pembangunan PLTU Riam Kiwa yang diharapkan dapat menambah supply kebutuhan listrik di kabupaten Banjar,” terang pria yang juga sebagai Sultan di Kesultanan Banjar.

Sedangkan untuk pelayanan telekomunikasi berupa seluler dan internet telah mencakup seluruh wilayah Kabupaten Banjar. Menurutnya, nilai – nilai strategis tersebut sangat selaras dengan kebijakan Pemkab Banjar untuk pengembangan sentra- sentra industri dan pergudangan di pusat pertumbuhan Gambut dan Kertak Hanyar dan perdagangan regional di kawasan perkotaan Martapura.

“Guna memenuhi kebutuhan bisnis, ke depan akan disiapkan energi listrik sebanyak 10 MW, termasuk dalam pengolahan air bersih di akhir tahun 2015 akan ada tambahan suplai air bersih sebanyak 500 liter/detik. Begitu juga dengan telekomunikasi, di Kabupaten Banjar tidak ada lagi Blank spot kecuali untuk daerah yang masih berada pada kawasan hutan lindung, itupun yang berada pada kawasan dalam hutan, ” ujar pria kelahiran Tabalong, 5 Januari 1964.

Sementara itu, dalam mewujudkan dan menjamin keamanan bisnis, Khairul menjelaskan tingkat kriminalitas di wilayahnya sangat kecil. Selain nuansa agama (religius) yang kental di masyarakat, tingkat keamanan dan ketertibannya sangat kondusif, juga di karenakan adanya dukungan dari Pemda lewat peraturan daerah untuk keamanan.

Agar bisnis terus maju di wilayah Kabupaten Banjar, lulusan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (1989) itu, menarik investor sebanyak-banyaknya dengan promosi bidang unggulan kabupaten banjar. Di bawah kepemimpinannya juga, pelayanan perizinan dipermudah dan transparan. Disediakan juga lahan untuk berinvestasi yang kondusif dan transparan.

Kiprahnya dalam memimpin rakyat membawa belasan penghargaan. Di antaranya: Tokoh Tempo Bukan Bupati/Walikota Biasa (2012), Pratama Pengelolaan Lingkungan Pertambangan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI (2010 dan 2011), penghargaan tingkat nasional terhadap Kabupaten yang melaksanakan Akta Kelahiran Bebas Bea (Gratis) Presiden RI (2013) dan peraih “Adhi Bhakti Mina Bahari” tingkat nasional sebagai penggerak ekonomi kerakyatan di bidang industrialisasi perikanan dari Menteri Kelautan dan Perikanan RI tahun 2013. (EVA)

The post Sinergi Pemda dan Pengusaha Ala Khairul Saleh appeared first on Majalah SWA Online.


Ini Dia Wajah Baru CEO Sinarmas MSIG Life

$
0
0

Foto 3Selama 30 tahun berkecimpung di ranah asuransi, Sinarmas MSIG Life kali ini membuat kejutan, yaitu memperkenalkan wajah baru di Sinarmas MSIG Life, Premraj Thuraisingam sebagai CEO sekaligus Presiden Direktur yang baru.

Premraj mengawali karier sebagai seorang guru. Pria asal Singapura ini diketahui telah malang melintang di dunia asuransi selama puluhan tahun.

“Pengalaman dan prestasi juga yang menjadi pertimbangan kami untuk mengajak Bapak Premraj Thuraisingam bergabung dalam keluarga besar Sinarmas MSIG Life sebagai Presiden Direktur yang baru. Kami percaya serta optimis keunggulan beliau akan semakin memperkuat Sinarmas MSIG Life, serta membawa laju performa bisnis perusahaan menjadisemakin cepat dan positif. Tidak hanya di paruh akhir 2015, tetapi juga di masa mendatang,” papar Indra Widjaja, Presiden Komisaris Sinarmas MSIG Life.

Sosok Premraj telah malang melintang di industri asuransi jiwa selama hampir 20 tahun. Pengalaman profesionalnya merentang mulai dari bidang agency & partnership distribution, product management, marketing, communications, sales, hingga bancassurance. Wawasan pasarnya semakin kaya dengan kiprah karir yang tak hanya menetap di satu negara. Dia pun pernah dipercaya menduduki berbagai jabatan di perusahaan-perusahaan asuransi besar di beberapa negara Asia, seperti Singapura, Hong Kong, Vietnam plus Indonesia.

“Sebuah kehormatan bagi saya untuk dapat memimpin sebuah perusahaan besar yang menjunjung nilai-nilai luhur,serta berkomitmen kuat kepada para konsumennya, yakni menjadi insurance for your loved ones. Bangga sekali bisa dipercaya dan bergabung dengan Sinarmas MSIG Life yang memiliki tim solid dengan pengalaman selama 30 tahun di industri asuransi jiwa Indonesia,” ungkap Premraj.

Pemraj mengaku bahwa dalam menjalankan bisnis asuransi di Indonesia, dirinya akan mengedepankan kerja sama dari berbagai pihak dalam perusahaan untuk mempersembahkan yang terbaik pada pelanggan. “Bersama-sama, kami akan bahu membahu melanjutkan fokus perusahaan untuk terus berinovasi dalam produk dan layanan kami guna memenuhi kebutuhan finansial para nasabah dan calon nasabah. Tak terkecuali menguatkan performa perusahaan yang telah membukukan capaian positif di semester awal 2015,” dia menguraikan.

Untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan pada semester II tahun 2015, Sinarmas MSIG Life telah menyiapkan berbagai strategi. Salah satunya dengan meningkatkan layanan kepada pelanggan, perusahaan akan meningkatkan kualitas dari customer service, yakni menyiapkan tempat khusus bagi nasabah di kantor baru Sinramas MSIG Life Tower guna memberikan kemudahan dan kualitas pelayanan secara maksimal. Untuk sementara, di tahun ini perusahaan tidak menyiapkan portofolio baru. Namun lebih mengarah kepada pelayanan yang diberikan. (EVA)

The post Ini Dia Wajah Baru CEO Sinarmas MSIG Life appeared first on Majalah SWA Online.

Joseph T. Wulianadi, Misi Joger untuk Menghibur

$
0
0

“Kalau suka Joger berarti Anda waras.  Kalau tidak suka Joger berarti Anda lebih waras.” Pernahkah Anda mendengar kata-kata tersebut? Ya, hanya di Bali dan hanya di “Pabrik Kata-kata Joger” saja.

Joseph Theodorus Wulianadi atau lebih dikenal Mr. Joger membuka toko pertamanya, di Jl. Sulawesi 37, Denpasar, dengan nama ‘Art & Batik Shop Joger’ pada 1981 silam. Kata Joger sendiri adalah gabungan potongan nama depannya dengan nama depan teman sekolahnya di Jerman, Gerhard Seeger,

Selain unik dan tidak umum, kata Joger, menurut Yos (panggilan akrab Mr. Joger) merupakan penghargaannya pada teman sekolahnya itu yang memberi US$ 20.000 sebagai hadiah pernikahannya dngan Ery Kusdarijati. “Kata baru yang tak memiliki arti apa-apa, murni singkatan berdasarkan niat baik. Kebaikan adalah filosofi Joger,” ujar kakek dua cucu ini.

Joseph Theodorus Wulianadi atau lebih dikenal Mr. Joger

Joseph Theodorus Wulianadi atau lebih dikenal Mr. Joger

Dari awal Yos mengaku selalu berusaha berniat baik, hal ini ditunjukkannya dengan menjual souvenir agar wisatawan senang membawa oleh-oleh setelah berwisata di Bali, produk yang dijualnya bukan dari Bali saja tetapi dia juga menerima produk dari provinsi lain.

Niat baik itu kemudian membuatnya menjadi kreatif sehingga munculah ide untuk mengumpulkan kata-kata unik yang kemudian di wujudkannya menjadi baju kaos dengan kata-kata yang unik. Kemampuan Yos mempermainkan kata-kata itulah kemudian membuatnya identik dengan T shirt maupun souvenir-souvenir dengan disain kata-kata unik khas Joger.

“Saya bukan ahli bahasa dan juga bukan orang pintar namun punya keberanian untuk mengemukakan niat baik melalui karyanya yang jelek-jelek. Bukan salah saya kalau kemudian banyak anggota masyarakat yang jatuh hati dan secara rutin menyumbang duit ke Joger,” kata kelahiran 9 September 1951 ini.

Berkat pinjaman gedung dari ibundanya, Anna Maria Kanginadi, Yos mampu membuka toko pertamanya. Lima tahun berselang, Art & Batik Shop Joger kedua, di. Jl. Sulawesi 41 Denpasar pun berdiri.

Dengan hibah sebidang tanah dari Ibunya juga, Yos membuka ‘Joger ketiga’ yang di beri nama ‘Joger Handicraft Centre’ di Jl. Raya Kuta. Namun, pada akhir tahun 1989, Yos menutup dua dari tiga tokonya, yang waktu itu sebenarnya sangat menguntungkan.

“Kami memutuskan lebih suka punya sedikit yang cukup, daripada punya banyak (uang) tapi kurang (waktu)”. Tahun 1990, Yos mengganti nama tokonya menjadi ‘Pabrik Kata-kata Joger’.

Apa kehebatan Joger? “Merk Joger tidak hebat, Joger itu jelek. Kalaupun hebat itu karena jeleknya. Memang, agak aneh. Saya kan hanya berusaha bersikap jujur,” ujarnya.

Karena itu, dia tidak menganggap perlu melakukan promosi malah dispromosi seperti “Bali bagus, Joger jelek. Kami hanya berniat baik. Kalaupun ada hubungan dispromosi dengan meningkatnya omset, itu hanya akses karena orang lain yang membaca menjadi terhibur,” ujarnya. (Reportase: Silawati)

The post Joseph T. Wulianadi, Misi Joger untuk Menghibur appeared first on Majalah SWA Online.

Cynthia Dwisanti, Mengejar Passion di Industri Kecantikan

$
0
0

Bisnis kecantikan kini menjadi primadona. Hadirnya media sosial membantu perkembangan dari maraknya penggunaan kosmetik di kalangan kaum hawa. Berbeda dengan industri yang lain, bisnis ini bergerak dengan cukup dinamis. “Perkembangan beauty industry itu cukup dinamis, tidak mungkin hanya menjual satu item seperti bedak atau lipstick saja. Pasti akan menjual satu make up look dengan banyak produk. Tentunya ini untuk mendukung  keseluruhan make up. Aku merasa ini wah dan di push banget,” jelas Cynthia Dwisanti, Junior Marketing Manager Make up Forever.

Menurutnya, seringnya tren yang berganti, membutanya lebih bersemangat. Terutama dengan perkembangan industri ini di Indonesia yang cukup positif. Anak kedua dari empat bersaudara ini menuturkan bahwa pesatnya  media sosial membuat banyak wanita ingin tampil memesona. Sebab, mereka melihat teman-temannya yang tampil di media sosial dengan dandanan yang menarik. Saat ini wanita Indonesia tidak hanya menggunakan skin care tetapi juga berbagai produk make up.

IMG_20150812_130232

Selain itu, munculnya beauty blogger dan make up artis juga membuat pasar kecantikan semakin ramai. Kebutuhan akan penampilan yang menarik membuat banyak wanita, kini mulai menggunakan jasa make up artis.”Kalau dulu orang tahunya make up artis itu hanya untuk artis, sekarang orang mulai mengerti kalau semua orang bisa menggunakan jasa make up artis,” dia menegaskan.

Tren ini tentu semakin membuat orang mengenal produk make up Forever, karena produk asal Perancis ini memiliki target pasar untuk para professional make up artis. Dany Sanz, selaku founder, memiliki visi bahwa apabila ingin terlihat baik di make up dan fashion industry, maka harus tampil sempurna.

Fshion make up membutuhkan lebih banyak produk, misalnya eye shadow dengan berbagai warna atau foundation dengan ketahanan yang melebihi produk sejenis. Kualitas dan banyaknya ragam pilihan inilah yang membuat produk ini berani untuk melebarkan target market untuk seluruh kalangan.

Oleh karena itu, sosial  media seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, dirasakan mampu memberikan dampak yang positif, karena mampu menyentuh seluruh kalangan dengan cepat. Para wanita bisa melakukan live report, sharing, dan ditonton oleh banyak orang dalam waktu singkat.

Ke depan, media ini dinilai akan menjanjikan. Oleh karena itu make up Forever, mengambil langkah strategis dengan menggaet para make up blogger untuk menadj partner. Baginya membuilt partnership dengan beauty blogger amatlah penting karena akan menciptakan hubungan yang baik serta loyalitas pelanggan.

Hingga saat ini make up Forever sendiri sudah menggandeng 10 make up artis dan beauty blogger. Selain itu, untuk meningkatkan loyalitas, setiap pelanggan dapat di-track pmbelian apa aja yang mereka lakukan sehingga butik-butik make up Forever di seluruh Indonesia dapat mengenali pelanggan yang loyal dengan brand ini. Layanan ini hanya tersedia untuk make up artis, beauty blogger, dan pelanggan VIP mereka.

Brand kosmetik yang baru saja joint venture di tahun 2014 ini juga sengaja menghadikan produk baru setiap 3 hingga 6 bulan sekali agar konsumen tidak bosan. Dalam satu tahun, produk baru yang diluncurkan bisa 8 hingga 10 buah,

Menurut wanita kelahiran Jakarta 16 April 1987 ini, kedinamisan dan cepatnya perubahan dalm industri kecantikan membuatnya tertantang dan lebih bersemangat dalam mengahadapi persaingan. Lulusan Swinburne University Malaysia ini awalnya mengira bahwa finance merupakan bidang yang ia kuasai.

“Awalnya aku sempat join dengan Frisian Flag di 2009 menjadi Corporate Management Trainee. Di sana per tiga bulan  selalu di-rolling ke empat bagian, seperti divisi operation, marketing, sales, dan  finance. Ternyata aku lebih suka di bidang marketing karena aku banyak belajar soal babagimana mendevelop brand dan bagaimana konsumen prefer brand kami dibandingkan brand yang lain,” ujarnya berapi-api.

Selain itu kecintaanya pada dunia make up, ternyata lebih tinggi dibandingkan bidang bisnis yang lain. Oleh karena itu ia pun pindah ke Maybelline tahun 2012 dan make up Forever pada 2014. Baginya tantangan akan industri ini lebih menggairahkan  untuk terus mengeluarkan ide dan strategi baru.

Ke depannya ia berharap agar bisa terus bertahan di industri kosmetik. Ia pun ingin lebih mengembangkan kemampuan di bidang marketing kecantikan. (EVA)

The post Cynthia Dwisanti, Mengejar Passion di Industri Kecantikan appeared first on Majalah SWA Online.

Rai Mantra, Hidupkan Kain Endek

$
0
0

Usaha perajin dan pedagang kain endek nyaris mati. Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra turun langsung mengatasi persoalan. Ia memulai dengan memetakan masalah, dilanjutkan dengan peningkatan kualitas, desain, kemasan, hingga pemasaran, termasuk pengadaan mesin tenun, ruang pamer hingga menyokong riset, dan mengeluarkan kebijakan pendukung lainnya.

Hasilnya? Endek berhasil bangkit dari tidur panjangnya. Endek sudah digunakan dalam berbagai kesempatan. Rai Mantra, panggilan akrab sang walikota, memulai dari diri dan istrinya, Ida Ayu Selly Fajarini, serta mengajak seluruh PNS untuk menggunakan endek di setiap kegiatan pemerintah.

Bahkan, Rai Mantra meminta setiap tamu yang akan menemuinya memakai pakaian berbahan endek. Yang lebih penting, transformasi ini telah berhasil meningkatkan nilai dan martabat serta meningkatkan kesejahteraan para perajin dan pedagang kain endek. Denpasar Festival yang digelar sejak tahun 2009 sukses membangkitkan tidur panjang endek dan kuliner asli daerah.

Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra

Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra

Ajang akhir tahunan yang digelar pemkot di pusat kota Denpasar ini sukses mencetak nilai transaksi yang mengagumkan. Tahun pertama, berkat anggaran Rp 800 juta mampu mencetak transaksi Rp 1,2 miliar. Kemudian, naik menjadi Rp 2,5 miliar di tahun 2010, dan Rp 3,1 miliar di tahun 2011, walaupun anggaran pun meningkat menjadi Rp 1,1 miliar dan Rp 1,3 miliar di tahun 2011.

Bila pada mulanya hanya ada 20 pengrajin endek yang berpartisipasi, sekarang tidak kurang dari 50 pengrajin yang antusias memajang hasil kreasinya. Ajang pesta rakyat yang berlangsung selama 4 hari ini juga sukses membangkitkan lagi kuliner tradisional yang sempat terlupakan. Rai Mantra mengakui memang tidak ada pemasukan dari festival ini karena memang bukan itu tujuannya.

”Tujuan kami adalah mendorong kreativitas dan memberikan pembelajaran kepada masyarakat luas, agar menghargai hasil karya sendiri,” ujarnya.

Dengan latar belakang sebagai pengusaha muda, dia paham terhadap napas perekonomian Kota Denpasar dan yakin ekonomi akan meningkat bila para pengusaha lokal mampu menggabungkan seluruh sumber daya yang dibutuhkan, seperti modal, manajemen, SDM dengan strategi bisnis serta mentransformasikannya menjadi produk baru yang inovatif.

Ia fokus membina wirausaha muda pemula, dengan membuka akses seluas-luasnya untuk permodalan, pembinaan manajemen, marketing, dan fasilitas lainnya hingga mengirim para wirausaha muda yang memiliki potensi, semangat serta dedikasi tinggi ke Rhenald Kasali School For Enterpreneurship, Bekasi Jawa Barat.

Tidak kurang 74 orang wirausahawan muda selama kurun 2010-2014 berhasil disekolahkan. Mereka juga diberi kesempatan tampil memamerkan keberhasilannya melalui ajang pameran Detik Festival dan Denpasar Festival, bahkan ke tingkat nasional. Mereka diharapkan mampu memberi motivasi bagi para wirausahawan muda lainnya untuk terus mengembangkan inovasi dan kreativitas sehingga mampu mengangkat perekonomian Kota Denpasar (Reportase: Silawati)

The post Rai Mantra, Hidupkan Kain Endek appeared first on Majalah SWA Online.

Bambang Susantono Raih Rekor MURI

$
0
0

Pencapaian Bambang Susantono untuk bisa menjadi pejabat di lembaga keuangan internasional membuahkan hasil. Museum Rekor Indonesia atau MURI menobatkannya sebagai insan Indonesia pertama yang menjabat sebagai Vice President ADB.

Ketua Umum MURI, Jaya Suprana, mengatakan capaian ini membanggakan mengingat hanya sedikit orang yang bisa memegang jabatan-jabatan strategis di lembaga pendanaan internasional. “Lebih hebat dari Sri Mulyani, Ibu Sri jadi Managing Director, tapi Anda sudah Vice President,” ujarnya berkelakar.

Nama Bambang Susantono di dunia pemerintahan maupun level internasional memang telah terkenal. Mantan Wakil Menteri Perhubungan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut memulai kariernya sebagai pegawai negeri di Departemen Pekerjaan Umum.

Kiprah lulusan ITB ini mulai melejit ketika menyelesaikan program doktoralnya dari Amerika Serikat pada tahun 2000. Ia menjabat sebagai Deputi Menko Perekonomian Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Ia juga tercatat pernah bekerja untuk delapan menteri mulai dari Kwik Kian Gie, Burhanuddin Abdullah, Rizal Ramli, Dorojatun Kuntjorojakti, Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani Indrawati dan Hatta Rajasa.

rsz_img_20150903_120740

Berbagai organisasi nasional dan internasional yang pernah dimasuki pria kelahiran Yogyakarta, 4 November 1963 ini, antara lain sebagai Ketua Umum Alumni Sipil ITB (ALSI), Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (2004-2010).

Di tingkat internasional ia juga memiliki banyak pengalaman. Ia pernah menjabat sebagai Vice President Asia Society (EASTS) yang bermarakas di Tokyo, anggota Board of Trustee Yayasan South South North, yang bergerak di bidang perubahan iklim di Johanesburg, Afrika Selatan. Koordinator Persatuan Mahasiswa Indonesia se-Amerika Serikat, dan Koordinator Indonesia NGO Forum for Transportation.

Selain itu, ia juga dipercaya menjadi Presiden Intellegent Transport System Indonesia. ITS  merupakan cara menggabungkan sistem transportasi dengan teknologi informasi untuk meniggalkan aksesibilitas, efisiensi dan keamanan transportasi yang diterapkan tahun 2012, dan yang paling terkini ialah menjadi Sekretaris di Indonesia Economis Forum.

Kini di tengah kesuskesan kariernya yang makin bersinar Bambang tidak menargetkan lompatan karier ke depan. Ia mengatakan hanya mengikuti arus dan berusaha melakukan yang terbaik dari hari keri. “Saya go with the flow saja, ketika dipercaya maka kita harus melakukan segala sesuatunya dengan profesional,” ujarnya.

DI ADB kini ia bertanggung jawab terhadap urusan pengelolaan pengetahuan dan pembangunan berkelanjutan. Ia menggantikan Bindu Lohani yang telah memasuki masa pensiun. Sebagai orang nomor dua di ADB yang mengurusi pengetahuan dan pembangunan, ia ingin membawa konsep yang segar bagi pembangunan negara-negara di bawah ADB. Dalam konsep pembangunan nanti, dia berharap, “Tidak ada lagi one policy for all“, karena pada dasarnya setiap negara mempunyai local wisdom yang berbeda. (EVA)

The post Bambang Susantono Raih Rekor MURI appeared first on Majalah SWA Online.

Achmad Sunuadji Sofwan, Pendekar Fujitsu Indonesia

$
0
0

Sudah 10 tahun lamanya Achmad Sunuadji Sofwan berkiprah Fujitsu Indonesia. Memiliki jabatan sebagai Managing Director Fujitsu Indonesia, Sofwan, begitu dia disapa, telah banyak melakukan perubahan. Salah satunya berhasil melebarkan pasar Fujitsu yang tadinya banyak memiliki klien dari perusahaan Jepang, menjadi lebih variatif ke perusahaan non Jepang. “Saat  saya masuk mayoritas penjualan hardware atau services Fujitsu untuk perusahaan Jepang 80% dan lainnya 20%. Sekarang justru terbalik, 80% dari perusahaan non Jepang,” ujarnya di sela-sela acara ‘Fujitsu Day 2015′ di Jakarta, beberapa waktu lalu.

(kiri) Agmad Sofwan, Direktur Fujitsu Indonesia

(kiri) Achmad Sofwan, Managing Director Fujitsu Indonesia

Sejak memimpin Fujitsu Indonesia, ia membanggakan kinerja Fujitsu Indonesia yang dinilainya cukup memuaskan. Dari segi pendapatan, Fujitsu Indonesia selalu bisa bertumbuh hingga dua digit di kisaran 20-30 persen. Kesuksesan ini tidak terlepas dari komunikasi. Sejak memimpin, ia rutin mengadakan sharing dengan karyawan, mulai soal pendapatan, penjualan sampai net profit. Dari komunikasi ini lah seringkali banyak ide ide segar yang dihasilkan baru bagi perusahaan. Dengan cara ini pula, karyawan memiliki sense of ownership yang kuat, sehingga akan all out untuk bekerja dan berkontribusi bagi perusahaan.

Kiprah Sofwan di dunia teknologi informasi dan komunikasi memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebelum menjabat di Fujitsu ia pernah bekerja di perusahaan IT terkemuka asal Amerika Serikat International Business Machines Corporation atau IBM selama 18 tahun. Dengan jabatan terakhir sebagai Country Manager.

Meski begitu pada awalnya ia mengaku buta tentang industri teknologi. Maklum latar belakang pendidikannya bukan dari teknologi melainkan insinyur mesin. Dalam tahap akhir menyelesaikan studi di ITB sekitar tahun 1983, tidak pernah terlintas di benaknya untuk bekerja di industri teknologi. Pria kelahiran tahun 1957 mengistilahkan terjunnya ia ke panggung teknologi tak lain karena tercebur. “Waktu itu IBM sedang presentasi di ITB open recruitment, saya iseng-iseng coba, eh diterima,” ujarnya menceritakan. Dari iseng-iseng itulah ia kemudian mulai banyak belajar industri IT. Dari situ perlahan tapi pasti ia mulai mencintai industri ini.

Kini Fujitsu hadir di Indonesia dengan menjual jasa atau service berupa solusi manajemen dan bisnis berbasis IT. Perseroan juga menjual hardware seperti sistem keamanan, pengolahan data, analisa dan produk lainnya sebagai pelengkap penjualannya.

Saat ini penjualan Fujitsu Indonesia banyak berasal dari proyek pemerintah mencapai 40%. Sisanya 20% dari sektor manufaktur, keuangan 15% dan lain-lain 25 %.

Terbaru Fujitsu juga mendapatkan klien Pemerintah Daerah DKI Jakarta guna mengembangkan Jakarta Smart City. Program ini dibuat untuk menampung keluhan warga Ibu Kota sekaligus mempermudah kinerja Pemerintah Provinsi DKI merespons keluhan tersebut.

Dalam tiga tahun ke depan Sofwan menargetkan bidang services bisa berkontribusi lebih besar bagi Fujitsu. Saat ini hardware masih menjadi kontributor utama sebesar 60 hingga 70%. “Di negara lain, kontribusi layanan service-nya sudah lebih besar, Singapura juga sudah 50-50. Karena memang pola belanja IT di sana sangat berbeda dengan di Indonesia,” ujarnya. (EVA)

The post Achmad Sunuadji Sofwan, Pendekar Fujitsu Indonesia appeared first on Majalah SWA Online.

Apresiasi Glenn Fredly terhadap Industri Musik

$
0
0

Pada 17 Oktober 2015 nanti Glenn Fredly akan menggelar konser yang bertajuk ‘Menanti Arah’. Konser ini merupakan perayaan 20 tahun Glenn berkarya di industri musik Tanah Air. “Ini merupakan suatu kesempatan besar, menjadi solois di Indonesia dengan keadaan yang cukup fluktuatif. Naik turunnya dunia musik sudah saya rasakan dan bertahan hingga 20 tahun adalah hal yang cukup luar biasa,” ujar penyanyi kelahiran Ambon ini.

glenn

Ia pun sudah merasakan bagaimana asam garamnya dunia musik, terutama pada tahun 90an di mana politik Indonesia amat bergejolak. Banyaknya diskusi yang terjadi pada masa ini, memberikan pengaruh pada warna musiknya. Ia pun tak segan untuk melakukan koloborasi dengan sesama pemusik dari genre yang berbeda untuk memberikan wanra yang berbeda pada musiknya.

Ia pun sempat mengalami perubahan dari rekaman ke digital, bagaimana awalnya ia sempat rekaman dengan kaset, dan pembajakan tak semarak saat ini.  Glenn pertama kali mengeluarkan album pada tahun 98 berjudul ‘Glenn’ dengan single ‘Cukup Sudah’.  Single ini sempat merajai berbagai tangga lagu di masa itu. Oleh karena itu konser 20th anniversary ini tentunya sudah ditunggu-tunggu para penggemar.

Rizan, perwakilan dari Dyndra Promosindo, menuturkan bahwa tiket konser sudah mulai terjual 30% dari total 8.000 kursi. Harga tiket, dibanderol mulai dari Rp 460.000 untuk yellow, Rp 510.000 untuk festival, Rp 660.000 untuk green, Rp 1.010.000 untuk blue, dan Rp 1.510.000 untuk VIP. Harga tiket sendiri sudah termasuk pajak dan admin fee.

Konser yang akan berlangsung di Instora Senayan ini, akan dihadirkan dengan nuansa yang berbeda. Konser ini akan menggunakan konsep center stage, dimana Glenn akan beryanyi ditengah-tengah penonton.  Tata panggung 360’ center stage dengan tata lampu dan kekuatan audio, akan menjadi sesuatu yang baru di konser ini.

Penyanyi yang lahir tahun 1975 ini akan menyanyikan 20 lagu temasuk hits nya seperti Januari dan beberapa lagu baru yang enggan ia bocorkan. Konser ini sendiri merupakan puncak dari tour yang telah dilakukan Glen di 20 kota di Indonesia.

Baginya tour ini sendiri memiliki makna yang khusus. Beberapa tahun belakangan ini, mulai jarang artis Indonesia yang melakukan tour. Padahal, kelangsungan musik Indonesia, juga dilakukan melalui tour dan konser.

“Saya ingin merawat musik Indonesia, dan konser ini sendiri membawa pesan bahwa musik Indonesia haruslah dijaga,” ujar Glenn. Selain itu konser ini juga merupakan apreasiasibya terhadap kecintaanya terhadap dunia seni di Indonesia. Pada 2015 ini, penyanyi hits “Januari” ini telah menulis buku dengan tema 20. Ia juga sedang menyiapkan launching film yang ia sutradarai berjudul ‘Surat dari Praha’. (EVA)

The post Apresiasi Glenn Fredly terhadap Industri Musik appeared first on Majalah SWA Online.


Stanley Oktavian, Jeli Melihat Peluang Bisnis Digital

$
0
0
Managing Director LIVI, Stanley Oktavian.

Managing Director LIVI, Stanley Oktavian.

Meski tidak berlatar belakang di bidang TI, Stanley Oktavian menemukan minatnya di dunia digital sejak tahun 2012. Tepatnya, setelah mengikuti program JKTFI (Jakarta Founder Institute).

Ia menjadi lulusan pertama dari program inkubator untuk entrepreneur di bidang TI yang dibawa dari Silicon Valley itu. Sejak saat itu ia mulai merintis start up digital dan saat ini sudah meluncurkan aplikasi mobile e-book LIVI yang sudah memiliki inventory satu juta judul buku sejak launching pada bulan Juni lalu.

Berikut adalah petikan wawancara SWA Online dengan pria lulusan Teknik Industri Universitas Pelita Harapan tersebut.

Mengapa Anda memilih merintis usaha start up e-book? Apa latar belakangnya?

Selain karena saya suka membaca, menurut saya e-book nantinya akan menjadi masa depan industri buku di Indonesia. Karena e-book menawarkan cara baca yang lebih mudah dan praktis. Saya sendiri adalah pengguna e-book, saya pun merasakan bahwa setelah menggunakan e-book, saya bisa membaca buku lebih banyak dan cepat. Dari situlah saya melihat bahwa potensi e-book cukup besar. Di negara-negara lain sudah banyak yang menggunakan e-book. Saya ingin memulai itu di Indonesia.

Apakah Livi adalah e-book pertama di Indonesia?
Kami bukan yang pertama di Indonesia, tetapi bisa dibilang saat ini kami yang memiliki inventory e-book paling banyak dengan 1 juta judul. Jadi untuk menjadi market leader saya rasa kami punya potensi.

Siapa saja mitra kerjasama yang sudah bergabung?

Sebagai start up yang bergerak di e-book, tentu kami bekerja sama dengan penerbit. Sudah ada lebih dari 5 ribu penerbit lokal maupun internasional yang bergabung dengan kami. Penerbit itulah yang kami sebut mitra yang paling penting. Walaupun saat ini mayoritas penerbit masih dari luar, tetapi kami sudah bekerjasama dengan top10 penerbit di Indonesia, dengan harapan kedepanya kami akan terus fokus dan memperbanyak konten lokal, bahkan menjadi mayoritas.

Mengapa Anda tertarik di bisnis digital?

Alasannya simpel, saya melihat kesempatan yang besar di dunia digital. Digital adalah bisnis baru yang saat ini sedang tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia. Karena pada dasarnya apapun yang kita lakukan dengan digital itu memberikan solusi/kemudahan untuk kehidupan kita sendiri. Misalnya, LIVI masuk ke dunia digital dengan menawarkan cara membaca yang lebih mudah. Jadi dengan mereka menggunakan LIVI mereka bisa membaca buku lebih banyak.

Lalu bagaimana Anda belajar mengenai seluk beluk dunia digital?

Awalnya, saya mulai masuk ke dunia digital pada tahun 2012. Saat itu saya mengikuti program Jakarta Founder Institute (JKTFI, program semi incubator untuk para entrepreneur di bidang TI) yang dibawa dari Silicon Valley. Jadi disitu saya dan peserta yang lain di training, tentang bagaimana cara mendirikan perusahaan startup digital dari nol sampai release. Saya masuk dengan melalui tes dan disitu juga ada proses eliminasi. Untungnya, saya lolos dan menjadi lulusan pertama. Dari situ saya mulai belajar banyak tentang dunia digital dan akhirnya merasa cocok.

Bagaimana perjalanan Anda dalam mendirikan start up digital ?

Setelah lulus dari JKTFI tahun 2012, saya sempat membuat start up dengan nama Stilomo, sebuah aplikasi mobile yang bergerak di bidang food and promo directory. Hanya saja pada waktu itu kami melihat pasar belum siap, dari sisi merchant pun belum siap untuk bayar, jadi masih terlalu cepat. Hanya berjalan 8 bulan, saya dan tim memutuskan untuk berhenti. Dari situ saya belajar bahwa untuk dunia start up kita harus realistis melihat pasar. Walau pun kita tidak boleh berkecil hati ketika feedbacknya tidak bagus. Baru pada pertengahan tahun 2014 kemarin, saya mulai muncul ide untuk merintis Livi. Berawal dari ngobrol-ngobrol bareng dengan tim, dan pada September kita baru mulai membangun Livi.

Apa hambatan dan tantangan yang Anda alami dalam menjalankan bisnis digital?

Saat ini belum ada platform e-book di Indonesia yang menurut kami standartnya global, jadi kendalanya adalah dari pembuatan produk kami belum punya benchmarking yang kuat khususnya di lokal, kita harus bangun dengan keras lagi, itu adalah tantangan terkait teknis/produk. Tantangan lain dalam hal pasar adalah bahwa e-book sendiri bukanlah hal yang umum di Indonesia, belum banyak orang yang tahu. Selama ini kebanyakan orang hanya tau pdf, padahal keduanya itu berbeda. Kemudian kalau sisi kontenya, semua penerbit lokal tahu tentang e-book, tapi belum banyak penerbit yang mau inves di e-book, jadi tantangannya adalah meyakinkan dan membantu sampai akhirnya mereka siap berjualan dan setelah semua proses itu lewat baru kita masuk pasar.

Menurut Anda, kiat-kiat seperti apa yang harus dilakukan untuk membangun bisnis start up?

Dalam membangun bisnis di dunia digital tentunya kita harus terus cepat adaptasi dengan teknologi, aware dengan hal-hal baru yang bisa menguntungkan bisnis kita, dan yang paling penting jangan pernah berhenti belajar. Apalagi kalau IT, dalam hitungan hari saja bisa ada kompetitor baru.

Bagaimana cara Anda meningkatkan kompetensi?

Terus belajar, memperluas networking, dan rajin baca buku,

Apa target dan rencana Anda ke depan?

Kami ingin menargetkan mayoritas konten lokal Indonesia masuk dulu ke Livi, dengan begitu kita akan penetrasi Livi seluas-luasnya di Indonesia, sehingga nantinya membaca e-book bisa menjadi suatu gaya hidup di Indonesia. Untuk jangka panjangnya, saya berharap Livi dapat berkontribusi dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia. Karena baca buku itu sangat berkorelasi positif dengan tingkat kecerdasan masyarakat, jadi harapanya dengan hadirnya Livi yang memberikan akses kemudahan untuk membaca buku, Livi pun dapat turut mencerdaskan masyarakat Indonesia. (EVA)

The post Stanley Oktavian, Jeli Melihat Peluang Bisnis Digital appeared first on Majalah SWA Online.

Dikki Akhmar, Nakhoda Baru Asosiasi Cangkang Sawit

$
0
0

Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (APCASI) memiliki ketua umum baru. Sang nakhoda dari asosiasi yang terbentuk sejak tahun 2010 itu ialah Dikki Akhmar. Ia adalah Direktur  PT Polindo Bio Energi Pratama, sebuah perusahaan penanaman modal asing yang investornya berasal dari Polandia, Horizon Investment, Co.Ltd.

Ketertarikan Dikki terhadap bisnis cangkang sawit merupakan ketidaksengajaan. Sebelumnya ia sama sekali tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang persawitan. Latar belakang pendidikannya berasal dari jurusan Farmasi, Universitas Pancasila di Jakarta.

Dikki

Masuknya Dikki ke bisnis Cangkang pun tanpa direncanakan. Takdir itu dimulai dari perkenalan dirinya dengan warga negara Polandia empat tahun lalu. Warga Polandia itu kebetulan sedang melakukan pendidikan S3-nya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Ketika itu, teman bulenya tersebut, mendapat informasi dari Kedutaan Polandia, bahwa ada pengusaha di Polandia butuh cangkang sawit. Dikki kemudian diperkenalkan dengan investor asal Polandia tersebut. “Mereka minta dicarikan cangkang sawit dan dibuatkan perusahaan PMA, lalu saya jadi direkturnya,” ujar menceritakan.

Beruntung pria kelahiran 18 Mei tahun 1971 itu sangat familiar dengan Kalimantan, ia sendiri berasal dari Samarinda dan punya akses untuk berhubungan dengan petani, pemilik perkebunan maupun pabrik sawit. “Awalnya saham saya hanya satu persen, kini perusahaan makin besar saham saya sudah 25 persen di Polindo,” ujarnya.

Sebelum berbisnis cangkang sawit ia juga pernah mencoba berkarir secara profesional di berbagai perusahaan. Ia pernah jadi product manager di Indofarma, pernah menjadi marketing di perusahaan milik Mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan juga pernah bekerja di perusahaan Australia.

Sampai pada akhirnya ia mencoba membuka bisnis sendiri. Bisnis yang ia coba kala itu adalah distributor obat-obat.Malang, perusahaan tersebut kemudian bangkrut. “Justru bisnis saya yang masih eksis saat ini yang tidak berhubungan dengan farmasi, yaitu bisni media komunitas ‘My Tangsel’, ekspor kayu jati dan juga cangkang sawit.”

Kini setelah dilantik awal September ini, ia bertekad untuk mengakomodir kepentingan para anggota APCASI yang berjumlah 23 perusahaan, baik eksportir maupun suplier lokal. Visi utamanya dalam jangka pendek ialah meminta revisi atas pungutan ekspor cangkang sawit yang jika ditotal jumlahnya sebesar US$ 17 per ton. Padahal Dikki mengklaim margin keuntungan ekspor cangkang sawit hanya dikisaran US$ 4. Untuk menaikan harga jual dari US$ 70 menjadi kisaran US$ 85-90 pun sangat sulit. “Jarang ada yang mau,” ujarnya.

Selama ini ia mengungkapkan APCASI jarang dilibatkan atau disosialisasikan kebijakan-kebijakan kementerian teknis. Wajar saja jika kepentingannya asosiasi jarang diakomodir. “Memang awal dibentuk agak vakum ini asosiasi, ke depan target saya, asosiasi ini makin aktif,” dia menegaskan. (EVA)

 

The post Dikki Akhmar, Nakhoda Baru Asosiasi Cangkang Sawit appeared first on Majalah SWA Online.

Ali Wardhana, Lulus Meragukan & Menteri Ingusan

$
0
0

Mantan Menteri Keuangan Ali Wardhana punya dua kisah paling bersejarah sepanjang hidupnya. Salah satunya, saat lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dia diluluskan dari ujian tapi dengan banyak pertimbangan.

“Tapi saya enggak bilang kalau saya diluluskan dengan penuh pertimbangan. Saya hanya bilang lulus saja pada teman-teman,” kata Ali Wardhana saat memberikan sambutan setelah menerima penghargaan Wirakarya Adhitama atau Lifetime Achievement Award dari Fakultas Ekonomi Universitas dan Ikatan Alumni Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi UI di Graha Niaga, Sudirman, Jakarta, Jumat, 6 Juni 2014.

Saat ujian, Ali menyiapkan segala macam Ilmu Ekonomi yang ia bisa. Ia kemudian disidang oleh beberapa dekan dan guru besar Fakultas Ekonomi UI. Setelah berjam-jam menjawab segala pertanyaan, Ali akhirnya diminta keluar dari ruangan ujian untuk memberikan waktu bagi dekan dan guru besar mempertimbangkan kelulusannya.

Ali Wardhana. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Ali Wardhana. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Apa yang Ali usahakan akhirnya tercapai. Meski demikan, kata Ali, dia diluluskan dengan banyak pertimbangan.

Selain kisah tersebut, Ali pun pernah disebut menteri ingusan oleh media massa saat dia menjabat sebagai Menteri Keuangan pada masa orde baru. “Terus-terusan surat kabar itu menyebut saya menteri ingusan, hingga akhirnya saya tahu kenapa diberi julukan itu,” ujar Ali.

Julukan itu muncul, sebab Ali yang saat itu berusia 39 tahun, saat itu harus berhadap-hadapan dengan sejumlah sesepuh Kementerian Keuangan yang sudah lama bekerja di sana.

Karena merasa tidak sepaham dan sulit menjalin hubungan dengan sejumlah sesepuh di Kementerian Keuangan, akhirnya Ali mendepak mereka. Ali Wardhana pun kemudian segera menghubungi beberapa pemuda Fakultas Ekonomi UI untuk mengisi beberapa bangku kosong di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Berikut ini karier Ali Wardhana, pria kelahiran Solo, 6 Mei 1928:

1. Anggota penasihat ekonomi zaman Orde Baru
2. Menteri Koordinator Ekonomi, Industri, dan Pengawasan Pembangunan periode 1983-1988
3. Menteri Keuangan periode 1968-1983
4. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia periode 1967-1978
5. Ketua Board of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional periode 1971-1972

Tempo

The post Ali Wardhana, Lulus Meragukan & Menteri Ingusan appeared first on Majalah SWA Online.

Peran Ali Wardhana Merancang Ekonomi Nasional

$
0
0

Gagasannya masih relevan diterapkan di masa kini. Kebijakan moneter dan disiplin fiskal yang diterapkannya telah memulihkan perekonomian nasional dari hiper inflasi. Roda perekonomian kembali berdenyut.

Sebanyak 36 prajurit TNI-AD dari Batalion Artileri Pertahanan Udara Sedang (Arhanudse) ke-10 Bintaro, Kodam Jaya berbaris di depan halaman rumah almarhum Ali Wardhana di Jalan Patra Kuningan XV, Kuningan, Jakarta Selatan. Pada pukul 09.30 WIB itu, prajurit yang mengenakan baret berwarna coklat menjadi pasukan penghormatan untuk melepas jenazah Ali Wardhana dari rumah duka menuju TPU Tanah Kusir, Jakarta pada Selasa (15/9).

Ali menghembuskan nafas terakhirnya di hari Senin (14/9) kemarin di usianya yang ke-87. Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia, yang mewakili pemerintah didaulat sebagai inspektur upacara pelepasan jenazah Ali Wardhana ke TPU Tanah Kusir. Agus dan beberapa pejabat negara serta tokoh nasional lainnya memberi penghormatan terakhir kepada mantan Menteri Keuangan di era 1968-1983 tersebut. “Atas nama negara, saya menerima jenazah almarhum,” ucap Agus. Sesaat kemudian, jenazah Ali digotong menuju mobil jenazah untuk menuju tempat persemayan terakhir almarhum.

Wakil Presiden Jusuf Kalla, Presiden ke-3 RI BJ Habibie, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Hashim Djojohadikusumo, pengusaha sekaligus politisi Partai Gerindra, Haryono Suyono mantan Kepala BKKBN dan Sofjan Wanandi mengunjungi rumah duka. Sebagian pelayat, termasuk Jusuf Kalla dan BJ Habibie berbaris di depan rumah Ali saat keranda jeazah akan dimasukkan ke mobil sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa almarhum. Pemakaman Ali dilakukan dengan upacara militer

Penghormatan ini memang layak disematkan kepada almarhum karena konribusinya sebagai Menteri Keuangan sangat besar dalam memulihkan perekonomian dari keterpurukan. Ali berjasa memulihkan perekonomian nasional saat peralihan pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru. Saat itu, laju inflasi menembus ratusan persen sehingga menggerogoti sendi-sendi perekonomian nasional. Sejarah akan bercerita lain seandainya Ali tidak turun tangan menangani perekonomian yang seret kala itu.

Betapa tidak, Ali sempat menolak tawaran Presiden Soeharto meminangya sebagai Menteri Keuangan. “Saya bilang kepada Pak Harto kalau saya tidak ingin menjadi Menteri Keuangan,” ucap Ali dalam buku berjudul A Tribute to Ali Wardhana, Indonesia Longest Serving Finance Minister : From His Writings and His Colleagues. Tapi, Soeharto berhasil meyakinkan Ali untuk menerima jabatan yang disodorkannya tersebut. “Jadi, jangan khawatir. Kita sama-sama saling belajar,” ungkap Soeharto kepada Ali. Hal itu meluluhkan hati almarhum dan berkenan mengemban tugasnya yang terbilang sulit.

Ali Wardhana, mantan Menteri Keuangan 1968-1983 (duduk), diapit oleh para koleganya di peluncuran buku A Tribute to Ali Wardhana, pada Juni 2015. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Ali Wardhana, mantan Menteri Keuangan 1968-1983 (duduk), diapit oleh para koleganya di peluncuran buku A Tribute to Ali Wardhana, pada Juni 2015. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Tapi, Ali berhasil menorehkan tinta emas di kancah perekonomian nasional dengan menerapkan kebijakan moneter yang mengutamakan disiplin fiskal. Almarhum berhasil meredam hiper inflasi di awal-awal pemerintahan Orde Baru. Pada 1966, inflasi berada di angka 650%. Laju inflasi berhasil diturunkan menjadi 112% di tahun 1967. Setahun kemudian, angkanya menjadi 85%. Laju inflasi menukik tajam hingga 10% pada 1969. Berkat taktiknya itu, perekonomian nasional kembali berdenyut. Lalu, pemerintah mencanangkan program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dimulai pada 1 April 1969.

Kerja keras Ali ini diapresiasi oleh berbagai pihak karena mewarisi pondasi yang kokoh bagi perekonomian serta pembangunan nasional. Selain menekan laju inflasi, Ali Wardhana berhasil mengelola penerimaan negara dari boom harga minyak dunia sehingga yang digunakan untuk mendorong pembangunan. Misalnya membangun sekolah, fasilitas kesehatan, atau sistem Itu mampu adalah taktiknya agar menghindari “The Dutch Disease” di masa kejayaan kenaikan harga minyak era 1973-1982.

Salah satu tinta emas lainnya yang ditorehkan Ali adalah menekan laju pertumbuhan penduduk. Mantan Kepala BKKBN Haryono Suyono menyebutkan kebijakan Ali itu bermanfaat dalam mengembangkan program Keluarga Berencana (KB). ”Kebijakan Pak Ali ke BKKBN adalah mendukung pendanaan program KB dengan memberikan anggaran yang bisa merangsang bantuan lainnya,” ucap Haryono. Ia menyebutkan dulu dana pengembangan program KB hanya Rp 300 miliar. “Sedangkan sekarang sudah Rp 3 triliun,” imbuh Haryono.

Ali Wardhana. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Ali Wardhana. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Peran almarhum lainnya yang diingat Haryono adalah ketika tahun 1980-an dirinya pergi ke Amsterdam, Belanda untuk memaparkan program KB di hadapan lembaga internasional. “Pak Ali bilang ke saya agar presentasinya rinci dan lengkap agar mereka tidak banyak bertanya serta menyakinkan pentingnya program KB yang terukur. Dan itu saya lakukan berkat pesannya almarhum,” ungkap Haryono. Indonesia akhirnya mendapat pujian internasional karena berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk melalui program KB.

Hingga masa pensiunnya, Ali tak henti-hentinya memberikan sumbangsih bagi perekonomian nasional. Agus Martowardojo mengemukakan kenangannya, almarhum mengambil peran aktif meski usianya sudah sepuh dengan mengikuti diskusi membahas perekonomian terkini. Pandangannya sering didengar oleh ekonom sebagai refrensi.

“Beliau sering memberi nasihat kepada kita untuk membuat ekonomi Indonesia bisa terus membaik ke depannya,” ungkap Agus. Gagasan almarhum, kata Agus, adalah menjaga kestabilan ekonomi dan memperhatikan ekspor .”Pesannya menjaga perform ekonomi dalam kondisi yang baik dan kegiatan ekspor. Itu memang yang harus dipersiapkan Indonesia ke depan,” tutur Agus mengenai nasihat almarhum.

Gagasan almarhum hingga saat ini masih relevan apabila melihatnya dari kondisi perekonomian kontemporer. Hal ini ditegaskan Mari Elka Pangestu, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di era Susilo Bambang Yudhoyono.Dia mengatakan meski kompleksitias perekonomian di masa kini berbeda dengan Orde Baru, gagas Ali untuk mendorong diversifikasi ekspor, reformasi birokat, strategi menurunkan ekonomi biaya tinggi itu masih relevan dengan situasi masa kini.

“Contoh lainnya adalah upaya pemerintah meningkatkan financial inclusion. Ini sama seperti gerakan menabung Simpedes yang menjangkau masyarakat pedesaan,” ucap Mari Elka di sela-sela peluncuran buku A Tribute to Ali Wardhana pada Juni lalu.

Pada kesempatan yang sama, Budi Gunadi Sadikin, Dirut PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, sependapat dengan pernyataanya Mari Elka. Budi menyebutkan sosialisasi Tabanas ke masyarakat pada Orde Baru merupakan upaya menggalakan keuangan yang infklusif. “Zamannya Pak Ali ada gerakan Tabanas yang dampaknya positif bagi dunia perbankan dalam menghimpun dana pihak ketiga,” kata Budi.

Penggemar cerutu Partagas itu juga ikut memperkenalkan strategi pinjaman negara dan disiplin fiskal dengan melakukan pinjaman luar negeri untuk menutup defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta menerapkan anggaran berimbang.

Almarhum meraih gelar sarjana ekonomi di FE UI pada 1958. Pada 1961, Ali meraih gelas Master of Arts di University of California, Berkeley, AS. Setahun berikutnya, almarhum merampungkan program doktoralnya di univesitas yang sama di tahun 1962. Penggemar cerutu ini pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia selama 1967-1978. Almarhum juga menjabat sebagai Menteri Kordinator Ekonomi, Industri, dan Pengawasan Pembangunan periode 1983-1988.Ali mempunyai empat orang anak. Selama masa hidupnya Ali dikenal sebagai menteri yang tegas, kerjanya terukur dan berwibawa setiap menunaikan tugasnya. Tak heran, Ali pada 1971 terpilih menjadi Ketua Dewan Gubernur Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional periode 1971-1972. Almarhum lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 6 Mei 1928. (***)

Reportase : Ananda Putri

The post Peran Ali Wardhana Merancang Ekonomi Nasional appeared first on Majalah SWA Online.

Ali Wardhana Dikenal sebagai Sosok Dermawan

$
0
0

Sosok Almarhum Ali Wardhana tak hanya dikenang dalam kontribusinya sebagai Menteri Keuangan terlama, namun ia juga meninggalkan memori yang tajam di benak masyarakat sekitar. Di kawasan perkampungan sekitar rumahnya, di Patra Kuningan, Jakarta, pria kelahiran 1928 tersebut dikenal sebagai sosok Dermawan.

Wahyudin, salah satu warga yang tinggal di perkampungan sekitar, menceritakan betapa sosok Ali Wardhana disayangi masyarakat kampung sekitarnya. Setiap tahun, Ali, cerita Wahyudin, tak pernah absen membagikan bantuan dalam bentuk sembako kepada warga, khususnya bila menjelang hari raya Idul Firti. “Pak Ali dan Pak B.J Habibie itu salah satu yang paling rajin kasih bantuan untuk warga sekitar sini,” ujarnya.

Di Patra Kuningan sendiri ia menceritakan memang banyak tokoh-tokoh yang memiliki rumah di sana. Selain Ali dan B.J Habibie, terdapat juga mantan Menteri Penerangan Indonesia pada masa Orde Baru Harmoko. Namun dari keseluruhannya ia mengatakan Habibie dan Ali Wardhana lah yang paling sering. “Kalau setiap Idul Adha, ampir semua masjid di sekitar sini ada qurban dari beliau-beliau,” ujarnya.

Suasana jelang pemakaman Ali Wardhana di depan kediamannya di Patra Kuningan, Jakarta.

Suasana jelang pemakaman Ali Wardhana di depan kediamannya di Patra Kuningan, Jakarta.

Sebelum menutup akhir hayatnya, Wahidin bercerita, beberapa kali kerap melihat Ali  yang biasanya jalan pagi menggunakan kursi roda. “Kebetulan saya tukang ojek sini juga, jadi sering lihat,” ujarnya.

Ali menghembuskan nafas terakhir pada Senin 14 September 2015 pada usia 87 tahun, di Rumah Sakit Medistra, Kuningan, Jakarta Selatan. Ali termasuk tokoh penting pemulihan ekonomi dari Orde Lama ke Orde Baru. Ia pernah menjabat Menteri Keuangan pada periode 1968-1983. Wewaktu menjadi Menteri Keuangan, Ali berperan besar untuk mengerem hyper inflation dalam waktu dua tahun pada periode 1966-1968.

Pada 1966 inflasi sempat menembus angka 650 persen, namun dalam kurun waktu satu tahun pada 1967, ia berhasil menurunkan laju inflasi menjadi 112 persen kemudian menjadi 85 persen di 1968 dan kembali turun drastis ke 10 persen pada 1969.

Keahlian Ali juga diakui lembaga internasional. Ekonom lulusan Berkeley California ini, pada September 1971 terpilih sebagai Ketua Board of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional periode 1971-1972. Kini Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu dimakamkan bersebelahan dengan makam istrinya, Rendasih Ali Wardhana, yang wafat pada 8 September 2000 di kawasan tempat pemakaman umur Tanah Kusir. (EVA)

The post Ali Wardhana Dikenal sebagai Sosok Dermawan appeared first on Majalah SWA Online.

Christine Victoria, Kemauan Patahkan Tantangan

$
0
0
Christine Victoria, Asistant Brand Manager.

Christine Victoria, Asistant Brand Manager.

Menjadi Asistant Brand Manager bagi Christine Victoria tidaklah mudah. Ia harus memahami bagaimana sebuah brand bisa berkembang di tangannya. Tidak hanya itu, Christine yang memulai karier di salah satu brand ternama asal Jepang tersebut juga harus memahami seluk beluk kosmetk, skincare, dan sales. Meski begitu ia tidak menyerah. Bagaimana perjalanan Christine Victoria menjadi Asistant Brand Manager untuk Canmake? Berikut penuturannya.

Apa latar belakang pendidikan Anda?

Latar pendidikan saya yang lalu sebenarnya tidak berhubungan sama sekali dengan dunia sales dan marketing. Saya hanya lulusan dari salah satu SMA swasta di Bandung. Saat ini, saya memang sedang melanjutkan pendidikan di salah satu universitas negeri di Jakarta, tepatnya di Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen Bisnis.

Bagaimana perjalanan karier Anda?

Saya memulai karier tahun 2008 sebagai Junior Beauty Advisor di salah satu brand Jepang. Di sana saya belajar tentang kosmetik, skincare, dan termasuk sales. Tiga tahun saya menjadi Beauty Advisor dan mendalami dunia kosmetik dan sales di lapangan, mengatur stok toko, promosi berkeliling mall di Jakarta, bertemu banyak orang, dan sebagainya. Sampai akhirnya saya dipercaya untuk menjadi Area Sales Coordinator di brand tersebut. Enam bulan menjabat sebagai Area Sales Coordinator, akhirnya saya memutuskan untuk pindah perusahaan ke PT Artdeco Indonesia dengan jabatan yang sama dan bertemu dengan Ibu Yenny Maria selaku pemilik perusahaan. Enam bulan menjabat sebagai Area Sales Coordinator, kemudian beliau mempercayakan saya untuk membantu menangani training department dan menjadi Brand Representative untuk brand Coverderm, tetap dengan tugas Area Sales Coordinator yang saya emban.

Pada akhir tahun 2013 saya menjabat Asistant Brand Development Manager untuk brand Coverderm. Saat Canmake masuk ke Indonesia pada pertengahan 2014, saya dipercaya untuk menjadi Asistant Brand Manager untuk Canmake.

Bagaimana tugas dan tanggung jawab Anda di Canmake?

Tugas dan tanggung jawab sebagai Assistant Brand Manager Canmake lebih merujuk kepada Brand Development, Marketing & Sales, sekaligus menjadi brand representative untuk Canmake di Indonesia.

Tantangan apa yang pernah Anda hadapi selama ini?

Tantangan yang pernah saya hadapi sebetulnya cukup banyak. Namun saya percaya ketika kita punya keyakinan dan kemauan pasti semua tantangan akan dapat kita hadapi. Contohnya saat ini saya harus memperkenalkan brand baru dari Jepang di tengah maraknya merek-merek terkenal lainnya baik dari Indonesia maupun luar seperti dari Korea, USA, dan Eropa, serta meyakinkan masyarakat Indonesia dengan kualitas yang diberikan Canmake.

Bagaimana Anda menyelesaikan tantangan tersebut?

Untuk menyelesaikan sebuah masalah atau tantangan, saya biasanya akan menganalisis pokok permasalahan dan mencari solusi terbaik untuk setiap masalah atau tantangan tersebut. Apalagi saya bekerja dalam tim. Saya pasti akan berdiskusi dengan tim saya jika ada pernasalahan yang harus diselesaikan.

Apa harapan Anda terhadap perusahaan nanti?

Tentunya sebagai brand baru, saya berharap agar ke depannya PT Artdeco Indonesia, khususnya Canmake, bisa diterima masyarakat dengan baik sehingga bisa menjadi salah satu brand yang bisa diperhitungkan dalam dunia tata rias Indonesia, serta selalu sukses. (EVA)

The post Christine Victoria, Kemauan Patahkan Tantangan appeared first on Majalah SWA Online.

Lulusan Guru Agama Itu Menjadi Pengusaha Mall Banjarbaru

$
0
0

Salah satu ikon baru di kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan adalah Q Mall yang terletak di atas lahan seluas 40 ha di Jl. A.Yani KM 36 Banjarbaru.

Mall megah ini di dirikan di atas lahan seluas 2,8 hektar dengan total luas bangunan mencapai 54.000 m2 dan terdapat masjid di lantai 4 yang mampu menampung sebanyak 1.000 orang dengan luas 600 m2.

H. Norhin, Founder  & CEO Citra Group

H. Norhin, Founder & CEO Citra Group

Proses pembangunan dimulai tahun 2010. Baru diresmikan sejak tanggal 12 Desember 2012. Untuk bendera pendirian ini lewat salah satu usaha dari Citra Group yaitu PT Diyatama Metro Sejati.

Sebelum menjadi pengusaha papan atas di daerah Kalsel, H.Norhin mengawali  bisnisnya lewat usaha kecil-kecilan di pasar malam daerah Blauran pada dekade 1970an. Setelah relokasi pasar Blauran, Norhin muda merambah ke bisnis konveksi kecil di Pasar Kujajing Banjarmasin. Pria kelahiran Amuntai, 5 oktober 1964 yang juga sempat menimba ilmu di sekolah Pendidikan Guru Atas (PGA) Mulawarman Banjarmasin, terpaksa meninggalkan cita- citanya sebagai guru, lantaran sibuk berdagang.

“Usaha konveksi saya mulai membaik berkat bantuan dari salah satu tokoh pedagang di Pasar Kujajing bernama H. Taimi (almarhum). Waktu itu, saya diajak beliau pergi ke Jakarta pada medio tahun 1970an,” ujar ayah dari 6 anak (3 putra dan 3 puteri) tersebut.

Menurut Ohen, begitu Norhin disapa saat muda, kala itu, H.Taimi meminjamkan  modal sebesar Rp 3 juta kepadanya. Dia juga dikenalkan kepada rekan bisnis H. Taimi di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Bahkan, ia selalu bilang pada mereka bahwa Norhin adalah anaknya. Kesempatan itu tidak Norhin sia-siakan untuk mendirikan CV Citra Sasirangan, kelanjutan dari bisnis yang sebelumnya dirintis bersama Haji Taimi yang bergerak di bidang bisnis kain sasirangan/ batik Kal-Sel.

Di mata Ohen, H. Taimi adalah rekan bisnis sekaligus sosok pahlawan bagi perjalanan bisnisnya dan menjadikan Norhin sebagai pengusaha konveksi ternama di Banjarmasin. Perlahan tapi pasti, usaha konveksi yang ia tekuni di pasar Kujajing Banjarmasin menjadi pemain terbesar usaha konveksi di wilayah tersebut.

Namun, bendera bisnisnya belum berkibat dengan  tegap. Norhin dilanda musibah. Yaitu kebakaran besar di pasar Kujajing yang membakar semua aset usaha miliknya. Lalu diperparah lagi dengan lilitan hutang kepada pedagang di Tanah Abang. Dalam kondisi tersebut, Norhin sempat shok dan nyaris putus asa untuk berwirausaha.

Menurutnya, dengan menjadikan diri sebagai pribadi yang dapat dipercaya, jujur dan mengedepankan prinsip dagang yang berkah dan menjaga amanah, Norhin yang saat itu dililit hutang sebesar Rp 60 juta kepada pedagang Tanah Abang, mendapat perlakuan istimewa, bahkan hutang-hutangnya melilitnya dianggap lunas oleh rekan pedagang di Tanah Abang.

“Alhamdulillah, pedagang di Tanah Abang waktu itu masih memberikan kesempatan dan mempercayakan kepada saya untuk kembali bermitra dengan mereka. Dan yang tidak saya sangka adalah dengan lapang dada mereka membebaskan hutang saya,” kenang Norhin.

Perjalanan bisnisnya terus makin cerah, terutama di tahun 1980. Di mana saat itu Pemda Kalsel sedang menggalakkan industri cinderamata khas daerah dan batik Sasirangan. Seperti gayung yang bersambut, kesempatan itu tidak disia-siakan Norhin dan saudara-saudaranya untuk mendirikan CV Citra, sebuah embrio bisnis yang di kemudian hari menjadi PT Pribumi Citra Megah Utama (Citra Group). Dengan sektor bisnisnya mencakup pertambangan dan logistik batubara (pelabuhan), real estate (perumahan dan pertokoan) serta mall, hotel dsb.

Lewat bendera PT Pribumi Citra Megah Utama (Citra Group) yang berdiri pada 1995, Norhin memulai usaha di bidang pertambangan batubara. Kemudian hasil usaha dari batubara ia investasikan untuk membeli tanah dan mengembangkan sektor bisnis yang lain lewat bendera citra groupnya. Sejak itu usahanya makin menggurita dan berkembang sangat agresif dan menjadi pengusaha yang sangat berpengaruh di wilayahnya.

Tidak hanya itu, Norhin melakukan banyak terobosan bisnis, di antaranya: mengakuisisi industri keuangan multifinance PT Tirta Laras, menjadi sebuah multifinance berbasis full syariah ke 3 di Indonesia dengan nama Citifin Multifinance Syariah yang berkantor pusat di Jakarta.

Ia juga ikut serta dalam pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Kalsel, lalu mengembangkan lahan kosong menjadi perumahan kota Citra Graha Banjarbaru. Kemudian ia kembangkan juga SPBU dan jasa angkutan tambang, hingga pendirian Q Mall dan merintis bisnis hotel bintang 4 berkonsep syariah perdana di Indonesia dengan nama Q Grand Hotel Dafam Syariah. (EVA)

The post Lulusan Guru Agama Itu Menjadi Pengusaha Mall Banjarbaru appeared first on Majalah SWA Online.


Yasa Singgih, Mulai Berbisnis di Usia 15 Tahun

$
0
0

IMG_3236Keadaan kepepet seringkali membuat ide-ide bisnis bermunculan. Itulah yang dirasakan Yasa Singgih, pemuda berusia 20 tahun ini memulai bisnisnya ketika ayahnya jatuh sakit di usianya yang ke-15 tahun. “Ketika saya SMP, papa saya terkena penyempitan pembuluh darah dan harus operasi untuk pasang ring. Ayah menolak dioperasi. Sebenarnya dananya ada, tapi dananya untuk kakak saya masuk kuliah dan saya masuk SMA. Lalu saya memutuskan untuk tidak meminta uang jajan lagi.,” dia mengenang.

Awalnya Yasa kerja serabutan. Jadi MC segala macam. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk berbisnis ketika mengenal Tanah Abang. Pertama kali dia ke sana bingung sekali. Tokonya sangat banyak, sehingga dia tidak tahu harus beli di toko yang mana.

Dengan modal Rp 700 ribu dari hasil tabungannya, Yasa membuat 48 baju bergambar Presiden Soekarno di tempat konveksi milik temannya. Desainnya dibuat sendiri bukan dengan Photoshop, melainkan dengan Microsoft Word. “Yang beli cuma 2 orang. Satu dibeli Mama karena  kasihan sama saya,” kenangnya.

Yasa kemudian memutuskan untuk ke Pasar Tanah Abang untuk meminjam barang dari pedagang-pedagang di sana. Prosesnya tidak mudah, beruntung ada beberapa pedagang yang meminjamkan barang. Ia lalu mulai memasarkan kaos-kauo ke teman sekelasnya dan melalui group BlackBerry Messenger. Mulai dari situ, ia ketagihan berbisnis. Dari satu bulan sekali ke Tanah Abang, menjadi seminggu sekali. Omset yang dia dapat di usianya ke 17 tahun mencapai Rp 40 juta.

Akhirnya ia memikirkan untuk memulai bisnis baru. Bisnis baru ini diakui Yasa sebagai kesalahan terbesarnya. “Bisnis baju masih saya kerjakan semuanya sendiri saya udah mau buka usaha baru. Seperti usaha sebelumnya, usaha baru ini hanya modal nekat saja” jelasnya. Ia membuka sebuah kedai diberi nama “Kedai Ini Teh Kopi” di bilangan Kebon Jeruk. Kedai ini menjual beraneka makanan kecil, kopi, dan teh. Perjalanan kedainya tidak berjalan mulus. Di hari pertama pembukaan kedai, kedainya terkena banjir. Di minggu berikutnya, kedainya kemalingan. Berikutnya, kedainya sepi karena ada penutupan jalan. Melihat kedai pertamanya hampir bangkrut, Yasa memutuskan untuk membuka cabang baru di Mal Ambasador. Namun, cabang barunya ini hanya bertahan 20 hari saja. Kedai barunya ini membuatnya rugi Rp 120 juta.

Yasa berusaha bangkit dari kerugiannya dengan kembali menjual baju. Dari hasil keuntungan baju, ia membuat brandnya sendiri yang diberi nama Men’s Republic yang menyasar pria 17-35 tahun di kelas menengah dan menengah bawah. Di tahun 2014 silam, Men’s Republic mulai berkembang. Produk-produk yang ditawarkan mulai dari baju, sepatu, jaket, kaus. Karena menyasar kelas menengah, harga sepatu yang paling mahal hanya sekitar Rp 400 – 500 ribu.

Saat ini, ada 120 reseller Men’s Republic di seluruh Indonesia. Perputaran uangnya mencapai Rp 200-300 juta per bulann. Yasa menjual mereknya ini secara online dan di bazzar-bazzar. Seringkali ia dapat masuk ke bazzar secara gratis karena brandnya dianggap sebagai penarik anak-anak muda untuk datang ke bazar. Promosi yang dilakukannya di Instagram terbilang unik. Ia menyelingi photo-photo produk dengan photo kata-kata bijak. Hal ini dianggapnya dapat menarik perhatian konsumen dan konsumen bisa saling berhubungan dengan brandnya. Ketika ingin memulai bisnis, Yasa menyarankan agar mengetahui siapa target marketnya. “ Dengan mengetahui target market, dengan mudah kita bisa memasukkan produk yang sesuai dengan target market kita,” jelas Yasa.(EVA)

 

The post Yasa Singgih, Mulai Berbisnis di Usia 15 Tahun appeared first on Majalah SWA Online.

Harsya Prasetyo, Prioritaskan Continuous Learning

$
0
0

Usianya masih tergolong muda. Tapi, lompatan kariernya jangan ditanya. Associate Principal McKinsey Indonesia, Harsya W. Prasetyo telah malang melintang di beberapa perusahaan, mulai dari perbankan, manajer investasi, hingga yang teranyar adalah konsultan manajemen internasional.

Apa rahasianya? Seorang eksekutif harus selalu melakukan continuous learning lewat berbagai media seperti buku, konferensi dan juga networking. Baik ilmu tentang kepemimpinan maupun kemampuan penting lainnya.

“Kebetulan saya di McKinsey, yang namanya belajar itu luar biasa. McKinsey punya a great bank of knowledge, tempat kami bisa belajar. Perpustakaan McKinsey benar-benar komplet. Kami butuh atau mau tanya apa pun, dari yang paling sederhana sampai yang kompleks, ada,” kata dia.

Di level eksekutif, kemampuan yang paling penting adalah berkomunikasi dan menata organisasi. Misalnya saja, bagaimana memotivasi tim, membentuk followership (kepengikutan), hingga menginspirasi tim untuk menuju ke perubahan yang telah dirumuskan.

r_Harsya p

Kemampuan ini harus terus dikembangkan mengingat perubahan adalah keniscayaan. Tugas eksekutif adalah mengikuti tren perubahan seperti tren industri, selera pasar, teknologi, hingga pola konsumsi konsumen. Perubahan ini jelas menuntut perusahaan untuk mengikuti, baik arah dan tujuan hingga profil karyawannya.

“Itulah kenapa kaum eksekutif semakin dituntut untuk bisa merangkul erat karyawan dari generasi yang berbeda, seperti Gen X dan Gen Y, serta pemangku kepentingan seperti pemasok, distributor, rekan bisnis, hingga pengambil kebijakan,” katanya.

Sebelum itu, personal branding harus dibentuk sejak dini dengan langkah-langkah yang harus mencerminkan target yang ingin dicapai, misalnya pada 20 tahun mendatang. Di awal karier, tentu para bakat muda harus membentuk branding yang kuat berdasarkan kompetensinya, misalnya jago di bidang pemasaran.

Selanjutnya, perlahan-lahan branding ini diubah dengan nilai-nilai leadership skills yang menjadi kekuatan sang karyawan. Jangan lupa, kredibilitas akan nilai-nilai leadership tersebut sangatlah penting. Personal branding yang ingin diciptakan harus terefleksikan di posting-postingan media sosial.

“Internet dan media sosial adalah salah satu kanal untuk melakukan due dilligence dalam tahap talent/executive search. Posting di social media, atau internet coverage sebaiknya tidak mengeluarkan pesan yang berbeda dengan personal branding,” kata dia.

Sehingga, lebih baik merilis tulisan, artikel, atau karya menyangkut topik yang aman seperti hobi, buku, keluarga, dan olahraga. Selain hanya menceritakan sedikit tentang sang talent, juga bisa diketahui siapa saja sahabat yang punya minat serupa. (Reportase: Arie Liliyah)

Perjalanan Karier
PT McKinsey Indonesia: Associate Principal (Des 2014-sekarang)
PT First State Investments: Head of Sales and Marketing (Apr 2013-Nov 2014)
Binus Business School, Jakarta, Indonesia: Dosen Keuangan Internasional Program Pascasarjana (Nov 2011-sekarang)
Citibank, Jakarta, Indonesia:
Direktur – Retail Investment, and Consumer Treasury Head (Jan 2013-Apr 2013)

The post Harsya Prasetyo, Prioritaskan Continuous Learning appeared first on Majalah SWA Online.

Elin Waty, Srikandi dan Presdir Lokal yang Pertama di Sun Life Indonesia

$
0
0

Elin Waty berkecimpung di industri asuransi sejak tahun 1994. Elin berlabuh di beberapa perusahaan asuransi dalam dua dekade terakhir ini. Kariernya diawali pada 1994 di MLC Life. Delapan tahun kemudian, Elin hijrah ke PT Asuransi Cigna. Pada 2008, dia pindah ke PT AIA Financial Indonesia. “Saya memulai karier di PT Sun Life Indonesia di bulan Mei tahun 2013 sebagai Chief Distribution Officer,” kata Elin saat dijumpa SWA Online di Menara Sun Life, Jakarta, pada Selasa (29/9).

Tanggung jawabnya adalah menerapkan strategi distribusi yang apik guna menopang pertumbuhan bisnis Sun Life Indonesia. Ia juga harus mengembangkan bisnis terbaru perusahaan, salah satunya asuransi syariah. Sebelumnya, menurut Elin, produk asuransi syariah hanya dijual oleh agen konvesional. Elin pun melakukan terobosan untuk mengembangkan bisnis barunya dengan membentuk agen asuransi syariah yang dimulai sejak Juli 2014.

Elin Waty

Lalu, ia merancang saluran distribusi. Caranya memperkuat jumlah agen-agen asuransi syariah sebagai tenaga pemasaran. “Saya melakukannya dari zero, agen asuransi syariah saya tingkatkan dari nol hingga kini mencapai 1.000 agen,” kata penyandang Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atmajaya Jakarta angkatan tahun 1990 ini. Jumlah total agen asuransi di Sun Life Indonesia, mencakup agen konvesional, sebanyak 9.500 agen yang tersebar di 56 kota. Dia berkata akan melipatgandakan agen-agen asuransinya, termasuk agen syariah.

Dia juga bilang dirinya menjadi inisiator sejumlah produk asuransi syariah, di antaranya Brilliance Hasanah Sejahtera dan Briliance Hasanah Protection Plus. Dia menuturkan perusahaanya pada Juli tahun ini meluncurkan Brilliance Amanah, yakni produk unit link syariah. Produk ini mempersiapkan rencana keuangan dan memberikan perlindungan bagi nasabah Sun Life Indonesia untuk pergi haji ke Mekkah. Produknya itu, diklaim Elin, direspons positif oleh nasabah.

Dengan perannya tersebut, Elin telah memberikan kontribusi penting terhadap kesuksesan perusahaannya dengan menggarap celah bisnis yang potensial. “Potensi asuransi syariah sangat besar sekali,” imbuhnya. Dia juga mengembangkan kekuatan agen dan memperkuat brand perusahaan serta pangsa pasarnya. “Market share di tahun 2013 sebesar 1,3%, sedangkan tahun 2015 mencapai 2,5%,” kata ibu dua anak ini. Elin mengawasi jalur distribusi keagenan khusus syariah yang pertama di Sun Life Indonesia. Perusahaan ini bisa dikatakan sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mau membuka unit khusus syariah.

Imbasnya, Elin dinilai sebagai aktor intelektual di balik keberhasilan Sun Life Indonesia mengembangkan asuransi syariah. “Kami serius menggarap pasar syariah,” ungkapnya. Keseriusan ini tercermin dari penghargaan yang diberikan Global Banking and Finance Review Award kepada Sun Life Indonesia sebagai Penyelenggara Asuransi Jiwa Syariah Terbaik di Indonesia 2015. Guna menangkap potensi pasar syariah, Elin mendirikan lembaga pelatihan internal yang khusus melatih agen-agen asuransi syariah. Namanya Salma Institute

Kini, Elin tercatat sebagai orang Indonesia yang pertamakalinya menjadi pucuk pimpinan di PT Sun Life Financial Indonesia. Dia juga menjadi satu-satunya wanita yang menakhodai perusahaan asuransi yang dikenal dengan nama Sun Life Indonesia. Artinya, pencapaian Elin ini menorehkan tinta sejarah selama Sun Life Indonesia beroperasi di negeri ini sejak tahun 1995. Dia didaulat sebagai Presdir Sun Life Indonesia per 17 September 2015 untuk menggantikan pemegang jabatan sebelumnya, yaitu Eddy Belmans yang berpaspor Belgia.

Asuransi Syariah

Kevin Strain, Presiden Sun Financial Asia, tidak meragukan kapasitas Elin mengomandani Sun Life Indonesia. “Saya yakin Elin adalah sosok pemimpin yang tepat membawa bisnis lebih maju ke depan seiring dengan strategi utama kami membangun keagenan dan bancassurance,” ucap Kevin. “Sun Life sejak awal melihat saya sebagai sosok suksesor dan kepercayaan ini sangat membanggakan karena selama 20 tahun Sun Life Indonesia di Indonesia saya adalah presdir lokal yang pertamakalinya karena jabatan ini biasanya dipegang ekspatriat,” dia menambahkan.

Perusahaan multinasional di Indonesia, menurut Elin, sebaiknya dipimpin oleh profesional lokal karena lebih mengetahui budaya, karakter dan peta pasar. Baginya , tanggung jawab moril yang dipikulnya besar sekali karena membawa nama Indonesia. “Saya akan berusaha sekali untuk menjalankan tugas ini dengan amanah,” kata wanita yang hobi membaca novel ini.

Sebagai nakhoda di perusahaan multinasional, Elin kini menghadapi tantangan bisnis karena menghadapi perlambatan ekonomi yang mempengaruhi pasar keuangan. Dia menuturkan data ekonomi makro di kuartal II/2015 masih lebih baik apabila dibandingkan dengan krisis ekonomi di tahun 1998 dan 2008. Pertumbuhan ekonomi, misalnya, masih positif di level 4,67% pada kuartal II tahun ini. Angka ini masih lebih baik dari kondisi perekonomian di dua periode tersebut. “Pada 1998, perekonomian kita minus 1,31% dan 2008 di 4,12%,” ungkapnya. Pasar saham saat ini juga menyusut, tapi Elin menyakini pasar akan memantul kembali ke zona positif.

Dia menegaskan dirinya sangat percaya diri menjalankan roda bisnis perusahaan dan menaklukan tantangan bisnis.”Saya tidak koreksi target, saya menyakini sebelum garis finish itu selalu ada banyak kemungkinan dan saya tidak menyerah,” tegasnya. Karena itu, dia mendorong agen asuransinya untuk menghimbau nasabah asuransi unit link membeli (top up) karena saat pasar tekoreksi itu harga saham-saham terdiskon sehingga relatif murah harganya. “Jadi, saya yakin nasabah tidak akan panik,” tandasnya.

Ke depan, dia berupaya mendongkrak pertumbuhan bisnis dan memberikan layanan konsumen yang terintegrasi. Tujuannya untuk memudahkan target investasi nasabah serta memuluskan laju bisnis perusahaan. Total dana kelolaan perusahaan pada kuartal II/2015 mencapai Rp 6,15 triliun. Dia juga berupaya memperkuat keagenan dan produktivitasnya.Kontribusi penjualan produknya melalui agen sebanyak 65%. Sisanya berasal dari kemitraan dengan bank-bank sebesar 35%.

Untuk itu, Elin memproyeksikan jangkauan pemasaran di kota-kota setingkat kabupaten. “Atau menggarap pasar syariah di kota-kota yang populasi penduduknya mayoritas non muslim. Kami sudah menjajalnya di Bali dan Medan serta mendapat respons yang bagus dari nasabah,” ungkapnya. Tapi, kata Elin, Sun Life Indonesia tidak meninggalkan asuransi konvesional dan unit link. Elin menginginkan perusahaanya pada 2018 menjadi pemain utama melalui multi distribution channel, semisal melalui agen dan telemarketing . Kemudian, tambah Elin, mengembangkan agen asuransi perusahaanya sebagai tenaga pemasaran asuransi yang kredibel dan profesional. Saat ini, kantor pemasaran asuransi syariah sebanyak 12 unit. “Tapi akhir tahun akan ditambah lagi jumlahnya sekitar 23 unit,” ucapnya.

Sun Life Indonesia merupakan anak perusahaan Sun Life Financial, perusahaan jasa keuangan internasiona l yang berkantor pusat di Kanada. Sun Life Financial tercatat di bursa saham Toronto, New York, dan Filipina, dengan kode saham SLF. Lantaran demikian, Elin belum bisa merinci lebih lanjut mengenai target bisnis Sun Life Indonesia. Total pendapatan premi Sun Life Indonesia di kuartal II tahun ini senilai Rp 532,7 miliar, atau tumbuh 23% dibandingkan kuartal sebelumnya. Adapun, risk based capital (konvesional) perseroan sebesar 664% dan syariah 122%, melebihi persyaratan pemerintah 120%.

Hingga kuartal II, kontribusi premi syariah Sun Life sebanyak 13% dari total pendapatan premi Rp 532,7 miliar. Perusahaan ini membidik peningkatan porsi premi syariahnya menjadi 25%. Elin menyebutkan pihaknya akan meluncurkan tiga produk syariah di tahun 2016. “Produk pertama akan diluncurkan Januari 2016, yang kedua di Maret, dan ketiga pada Juni 2016,” jelasnya. Kategori dari tiga produk syariah terbaru itu yang teridiri dari asuransi tradisional dan unit link. (***)

The post Elin Waty, Srikandi dan Presdir Lokal yang Pertama di Sun Life Indonesia appeared first on Majalah SWA Online.

Cut Noosy Keumalafajri, Petakan Kekuatan & Kelemahan

$
0
0

Tak kenal, maka tak sayang. Untuk itulah, setiap orang harus mengenali dulu dirinya agar tidak salah mengambil langkah. Ini juga yang dilakukan Cut Noosy Keumalafajri, Technical Advisor ICT Services, PT. Vads Indonesia.

“Dari dulu saya sudah memetakan kekuatan dan kelemahan saya. Ketika saya sudah tahu kekuatan dan kelemahan saya itu, saya berusaha terus untuk belajar,” katanya.

Memang ada beberapa hal yang dilakukan dengan “learning by doing”. Tapi, ia membutuhkan strategi jitu untuk memajukan perusahaan jika ingin mencapai level tertinggi. Satu hal yang sulit diraih jika hanya memikirkan aspek operasional.

Soal ini, Cut Noosy punya dua senjata andalan, yakni memahami tentang pemasaran dan kedua tentang keuangan karena dua hal ini memang sangat erat kaitannya. Inilah yang membuatnya tergerak untuk kuliah lagi.

“Saya berhasil mendapatkan beasiswa MBA (Master of Business Management) dengan menjadi pemenang dalam Kompetisi Wanita Karier BII-Femina tahun 2012. Di situ saya belajar banyak mengenai marketing dan strategic,” katanya.

Cut Noosy Keumalafajri Tecnical Adv ICT PT VADS Indonesia, berpose di kantor Sajuta Edisi19 2015

Cut Noosy Keumalafajri Tecnical Adv ICT PT VADS Indonesia, berpose di kantor Sajuta Edisi19 2015

Untuk merengkuh sukses, alias tetap berkualitas dan mahal, ia punya dua resep mujarab. Pertama, jangan pernah malu untuk belajar dan bertanya. Bahkan dengan orang yang jabatannya lebih rendah sekalipun. Itulah kenapa dia selalu terbuka dan mengajak bawahannya untuk mau bekerja dan belajar bersama.

Kedua, harus berani dan mau keluar dari zona nyaman. Pilihan ini bagi sebagian orang memang berat. Ia mencontohkan betapa sulitnya menjalani rotasi posisi semasa masih meniti karier di XL Axiata. Apalagi, kompetensi harus dipertajam. Meski sudah di level eksekutif, ia sadar harus tahu segala hal secara rinci.

“Itu jalan untuk kita naik ke satu level lagi. Meski rotasi itu keinginan perusahaan, saya tetap ingin membangun diri agar bisa memberi yang terbaik yang saya punya,” ujarnya.

Cut Noosy mengawali karier di Motorola sebagai radio planning engineer di tahun 2001. Dua tahun berselang, ia memutuskan hijrah ke XL Axiata, di mana dia mengalami beberapa rotasi jabatan, mulai dari bagian network, network operation manager, customer analytic manager, GM International Customer Experience (ICE) customer analytic, GM Customer Service, hingga VP Service Partnership.

Ia memutuskan keluar dari XL untuk kuliah lagi setelah meraih beasiswa MBA di Prasetya Mulya Business School. Selulus tahun 2014, ia bergabung bersama TM Malaysia cabang Indonesia bernama PT. Vads Indonesia sebagai Technical Advisor ICT Services hingga sekarang.

“Pekerjaan saya banyak berhubungan dengan IT dan service. Saya harus belajar seluk-beluk IT dan fungsinya. Saya juga harus mampu meng-handle orang banyak, mengatur strategi, dan melihat/membaca pasar,” ujar dia. (Reportase: Putri Wahyuni)

The post Cut Noosy Keumalafajri, Petakan Kekuatan & Kelemahan appeared first on Majalah SWA Online.

Jibeng-Mahen, Duo Pengajar Resmi Apple di iBox

$
0
0

Device sebagus apapun tak akan banyak bermanfaat jika pemiliknya tidak menggunakan fungsinya dengan optimal. Produk canggih Apple tak akan banyak bermanfaat jika pemakainya membeli hanya untuk gaya-gayaan. Inilah yang mendorong iBox, ritel Apple di Indonesia, mendirikan training center. Tujuannya satu, agar para pemilik Apple bisa mengoptimalkan device miliknya. Ini juga yang membedakan iBox dengan ritel Apple lain di Tanah Air.

Ari Budiharto Soetjitro

Ari Budiharto Soetjitro

Berikut, petikan wawancara dengan pemilik sertifikasi trainer resmi Apple, yakni Mahendra Dwi Hatmoko dan Ari Budiharto Soetjitro yang akrab disapa Jibeng. Di Indonesia, hanya mereka berdua yang resmi memiliki sertifikat trainer Apple.

Menurut Anda, seperti apa produk Apple?

Jibeng:

Produk Apple premium, mahal. Buat saya pribadi, biar mahal worthed, worth of money-nya dapet value-nya dapet. Kita edukasi masyarakat kalau beli barang jangan pilih yang termurah doang. Apple menurut saya barang functional, value for money-nya ada. Kami kasih tahu, iPhone bisa untuk apa saja, misalnya membuat film dokumenter. Selama ini kalau beli kamera professional harganya puluhan ribu dolar.

Mahendra:

Orang lebih suka membandingkan dari sisi spec, dari brand satu ke brand lain. Ketika mau naikin hardware, Apple pelajari poin-poin mana yang sebenarnya bisa buat jadi bagus. Dari sisi cahaya, resolusi dll, orang kan mitosnya megapixel, kalau semakin besar, kamera itu akan luar biasa. Kalau kita besarin dari sisi itu aja, apa bedanya dengan iphone dengan kamera 8 MP, kualitasnya bisa 4K. Kedua, capture warna juga tidak kalah dengan kamera yang megapixelnya lebih besar.

Awal mula Anda mengenal Apple dan bekerja di iBox bagaimana ceritanya?

Ari:

Saya dapat sertifikat 2007. Sertifikat professional tahun 2006, lalu masuk sertifikasi trainer di 2007. Pendiri iBox melihat banyak orang Indonesia beli Apple buat gaya-gayaan saja. Kita bicara di tahun 2005 (saat iBox berdiri), zaman itu yang beli Apple, cuma orang kaya atau memang desain grafis karena barangnya mahal. Di situlah kita lihat pentingnya edukasi agar orang-orang dapat value for money-nya.

Mahendra:

Sertifikasi ada 2 level, sebagai profesional dan trainer, level tertingginya adalah trainer. Sebagai trainer, ahli di bidang tersebut ditugaskan utk mengajar orang-orang yang dipersiapkan untuk ahli di bidang tersebut.

Saya masuk di 2006 ke iBox sebagai sales. Bisa dibilang dari bawah. Mulai diangkat sebagai trainer tahun 2007 dan menjadi certified profesional di awal 2010 baru mendapat certified trainer karena proses seleksi untuk jalur saya panjang dan lama.

Jadi Pak Ari, profesional kreatif, saya professional IT. Apple hanya punya dua itu. Jadi, ibox sudah lengkap. Artinya, kalau ingin certified trainer di kreatif atau IT memang harus dari awalnya darah kreatif atau IT. (bersambung ke hal dua)

The post Jibeng-Mahen, Duo Pengajar Resmi Apple di iBox appeared first on Majalah SWA Online.

Viewing all 466 articles
Browse latest View live